Total Pageviews

Wednesday, March 9, 2011

Quick, simple, and easy “return”


Pernahkah Anda berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan, katakanlah sebuah supermarket ternama di ibukota yg setiap harinya bahkan di akhir pekan selalu penuh dengan pengunjungnya?
Ya, dengan jujur saja saja saya pernah dan SELALU terjebak dalam situasi penuh lautan manusia pd akhir pkean dikarenakan satu hal yaitu promosi minyak goreng besar2an yg dilakukan sang supermarket yg secara tidak masuk akal menghipnotis akal sehat para ibu rmh tangga untuk membelanjakan sebagian dr kebutuhan uang rumah tangga hanya untuk menyetok berliter2 minyak goreng.

Ibu saya masuk ke dalam kategori “ibu rumah tangga yg terhipnotis” atau secara kasarnya “kehilangan akal sehat”. Lupakan strategi marketing supermarket tersebut karena yg namanya bisnis marketing di tanah air jauh lebih kejam daripada bisnis warung tegal di pinggir jalan. Saya saja yg suka makan pecel lele di warung tidak pernah terhipnotis untuk membelanjakan budget uang saya untuk 3 ekor lele goreng. Heran seribu heran tapi itulah Indonesia…mari kita fokuskan kepada apa yg terjadi di suatu akhir pekan di supermarket ternama di Jakarta itu..
Sebagai seorang perempuan dewasa makalah wajarlah bagi saya untuk melihat2 produk2 kecantikan di supermarket tersebut. Katakanlah saya seorang perempuan yg mencintai hasil produk dalam negeri, maka saya putuskan untuk membeli sebuah produk lipstick local dengan catatan harga yg tercantum di produk dengan nominal 28,500 rupiah. Dalam pikiran saya, untuk apalah menggunakan kartu kredit kalau hanya membelanjakan sekian rupiah, maka saya segera mengambil uang dengan nominal 30,000 rupiah. Menghamipiri kasir khusus untuk barang kecantikan, terjadilah transaksi yg membuat saya diam seribu bahasa. Bukan karena keahlian make up sang SPG yg bikin mata silau, tetapi apa yg diberikan ke dalam telapak tangan saya..3 buah permen relaxa.
Pertama, ekspresi saya otomatis langsung bengong.
Kedua, saya berpikir “gua gk doyan sweets, masa gua kasi ke bonyok? Mo bikin mereka tambah gendut???”

Ketiga, emangnya gk ada uang receh dalam nominal 500 rupiah?
Ya itulah metode quick, simple, and easy “return” ala Indonesia.
Saya gak mau cari ribut dengan pelayanan supermarket ternama itu, karena saya tau customer service di Indonesia sangat amat parah. Mau ngomel sama siapa? Tukang bakso? Tukang bakso saja kalau diomelin masih mau tambahain daun bawang…biar tambah wangi kuahnya katanya…
Lain kali saya mau bertanya sama pabrik produsen permen relaxa (PT. Agel Langgeng bermarkas di Bekasi). Apakah nilai harga eceran tertinggi untuk sebuah permen relaxa itu sama dengan 500 rupiah??
Kalau misalnya begitu, saya bisa katakan di Indonesia secara tidak langsung kita balik lagi ke jaman batu, yaitu jaman tukar menukar barang alias barter.
Sungguh ironis sistem perdagangan di Indonesia.
Saya sempat berimajinasi…
Saya stock banyak indomie di rumah..
Kalau mau bayar tol, cukup 2 bungkus indomie rasa sotomie (tol dalam kota loh..)
Kalau beli satu mangkok bakmi GM Special, cukup 6 bungkus indomie rasa kari ayam.
Kalau mau berlangganan harian Kompas sebulan, cukup dengan 1 box indomie rasa apa saja.
Kalau…kalau…kalau..



Itulah Indonesia kalau begini susah ya kita balik ke solusi terdekat yaitu;
Quick, simple, and easy “return”







kc

No comments:

Post a Comment